Anggota DPR Dorong Riset dan Pengembangan Industri BBO
Anggota Komisi VII DPR RI Tifatul Sembiring saat mengikuti Komisi VII DPR RI mengunjungi PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (13/12/2021). Foto: Bianca/Man
Anggota Komisi VII DPR RI Tifatul Sembiring mendorong PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia sebagai pionir dalam industri farmasi bahan baku obat (BBO) di Indonesia agar ke depannya dapat meningkatkan produksi utamanya pada bahan-bahan obat yang banyak dibutuhkan masyarakat Indonesia. Mengingat, kini PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia sudah dapat memproduksi sepuluh BBO dan sedang menggarap program riset pengembangan BBO Paracetamol.
"Saya juga barharap Kimia Farma ini ke depannya juga berorientasi kepada terutama penyakit-penyakit yang memang banyak di Indonesia ini, (seperti penyakit) menahun begitu. Baik yang menular maupun tidak menular, TBC misalnya, itu adalah pembunuh nomor 2, kemudian hipertensi, nomor 1 bahkan darah tinggi dan juga diabetes kan, belum lagi penyakit-penyakit yang lain, belum antibiotic seperti amoxicillin, keluarga pinicillin dan lain-lain," ujarnya usai mengikuti Komisi VII DPR RI mengunjungi PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (13/12/2021).
Menurut Tifatul, meski industri bahan baku obat di Indonesia masih lemah dan belum profitable, PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia sebagai anak perusahaan PT Kima Farma Tbk perlu terus didorong untuk terus menghasilkan bahan baku obat, sehingga Indonesia tidak terus menerus bergantung pada import. "Walaupun industri ini belum menguntungkan, menurut saya ini sebagai pioner supaya tidak ada ketergantungan terus menerus Indonesia kepada obat-obat ini, ini perlu didukung penuh," imbuhnya.
Untuk mendukung industri BBO tersebut, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menyebut Komisi VII DPR RI akan menindaklanjuti dengan menambah anggaran riset untuk BBO serta mengupayakan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia dapat diperbesar. Sehingga nantinya Indonesia diharapkan dapat lebih mandiri dalam industri BBO serta tidak terus bergantung pada negara lain.
"Karena anggaran (riset BBO) kita baru kita dorong di Komisi VII, sekarang sudah mulai naik, sebelumnya kan kita lebih rendah (anggaran riset BBO) dari yang lain. Ke depannya mudah-mudahan karena semua bermula dari riset, bermula dari inovasi, orang berpikir dulu, melakukan percobaan, pengetesan-pengetesan baru dia mau mencapai hasil, itupun bisa berpuluh-puluh tahun gitu, nah kalau kita nggak mulai sekarang ya akhirnya kita bergantung terus," tutup legislator dapil Sumatera Utara I tersebut.
Diketahui, PT Kima Farma Sungwun Pharmacopia telah menghasilkan 10 BBO yang telah memperoleh sertifikat GMP Badan POM dan sertifikat Halal MUI. Sepuluh BBO tersebut adalah BBO anti kolesterol simvastatin, atorvastatin, rosuvastatin, BBO anti platelet-jantung clopidogrel, BBO anti virus entecavir, remdesivir dan BBO retroviral efavirenz, lamivudine, zidovudine, tenofovir. (bia/sf)